01 February 2012
Snickers and The Chicken Fighters
Jakarta - Kuartet punk rocker Snickers And The Chicken Fighter (SATCF) asal kota Malang, Jawa Timur ini akhirnya berhasil merilis album pertama mereka tahun lalu. Sebuah album self-titled yang merupakan album penuh pertama mereka semenjak band ini berdiri di tahun 1999. Album yang kental dengan nuansa musik '90an dikemas dengan sangat menarik.
Simak wawancara via e-mail Rolling Stone dengan mereka berikut ini.
Halo apa kabar SATCF? Bisa perkenalkan siapa saja yang ada di band ini berikut posisinya?
Halo pembaca Rolling Stone Indonesia, kami baik–baik, Alhamdulilah. Personil kami ada Aditya Kurniawan (vokal, bass), Jefry Triharto (gitar), Cahaya Satya (gitar), Jaka Satya (drum) dan additional keyboardist kami, Nedink.
Bagaimana perasaan kalian setelah akhirnya berhasil merilis album penuh kalian yang pertama?
Waduuh, cukup lega sekali setelah menunggu sekian lama akhirnya bisa produksi album ini.
Hal apa yang mengakibatkan kalian begitu lama sampai akhirnya bisa merilis album tersebut? Apa saja suka dukanya selama proses pengerjaan album tersebut?
Ummmmm.. Biasalah urusan finansial alias duit, bos. Sukanya dari proses produksi album ini, produksi yg menyenangkan, dan banyak materi yang diproduksi secara spontan tanpa dikonsep terlebih dahulu. Dukanya nggak ada sih, pasti senanglah namanya penantian yang akhirnya kesampaian [Tertawa].
Di press release kalian menyebutkan pengaruh musik-musik ’90an. Bisa disebutkan siapa saja band-band yang banyak mempengaruhi musik kalian?
Yeah, we're grown up with 90's music seperti Sublime, Long Beach Dub All Stars, Beastie Boys, Foo Fighters, NOFX, dan lain-lain.
Album rilisan tahun ‘90an favorit untuk kalian masing-masing?
Adit : Jamiroquai - Travelling without moving
Cahaya : The Suicide Machines - Destruction by Definition
Jefry : Rage Against The Machine - Evil Empire,
Jaka : Hi-Standard - Growing Up
Nedink : Nirvana - Nevermind
Sejauh ini, apakah kalian cukup puas dengan rilisan kalian tersebut?
Untuk album perdana ini kami puas sekali karena sesuai harapan dan berisi semua uneg-uneg kami.
”Heroes” merupakan track berbahasa Inggris favorit saya di album kalian. Apa yang mendasari penulisan lagu tersebut dan apa yang ingin kalian sampaikan melalui lagu ini?
Standar sih om, nggak semua orang menyadari kalo “Heroes” itu ada di dekat kita sendiri seperti teman-teman kita juga. Kenapa teman itu pahlawan? Contohnya orang yang paling bisa dipinjemin duit pas lagi miskin, nganterin kita pas motor lagi mogok, minta tolong beliin pulsa, dan lain-lain. Tujuannya supaya bisa menghargai bantuan orang lain aja dan dikemas secara puitis di lagu ini [Tertawa].
Lagu ”Hilang” adalah single yang dijagokan dari album ini dan sudah dibuatkan video musiknya. Ada alasan tertentu mengapa lagu ini yang diangkat?
Sebenernya ini lagu pertama kami yang berbahasa Indonesia dan sudah pernah di rekam sebelumnya tahun 2006. Nah, lagu ini sudah banyak dikenal dan kebanyakan teman-teman kami hafal dan ini salah satu request mereka untuk dimasukkan di dalam album ini.
Siapa yang paling berperan dalam penciptaan musik SATCF? Apakah ada satu figur yang dominan? Atau lagu-lagu kalian merupakan hasil penggarapan dan kompromi bersama?
Ada tapi diam-diam aja ya [Tertawa]. Nggak lah, om, semua sama nggak ada egoisme di band kami.
Siapa penulis lirik utama di band ini dan hal apa yang sering menginspirasi dalam penulisan lirik di lagu-lagu kalian?
Semua lirik dibuat oleh Adit, terinspirasi dari personal experience and friends sisanya inspired by deadline studio rekaman [Tertawa].
Dari 14 track di album kalian, ada beberapa lagu yang bercorak ska/reggae. Apakah ada alasan tertentu untuk hal ini?
Basically, kami suka ska, dan kami kenal music bergenre punk melodic tahun 90an, mostly mereka membawakan musik ska juga seperti Goldfinger, NOFX, Not Available, Propagandhi. Well, secara kultur juga punk dan ska sangat dekat.
Ada kesibukan lain selain bermusik? Atau malah ada yang memang hanya menggantungkan hidupnya murni dari bermain musik?
Musik jalan, kerja jalan, usaha jalan, nongkrong jalan, mabok juga jalan, opportunist sih... Intinya kami sangat menikmati hidup.
Mengingat bahwa barometer musik nasional masih berat di ibukota dan kalian berasal dari kota Malang, apakah hal ini berpengaruh untuk perkembangan kalian sebagai band?
Berpengaruh hanya kepada proses pembelajaran music marketing karena industri musik semua di kota Monas aka Jakarta, tapi untuk perkembangan musikalitas kami rasa nggak karena masing-masing personil punya barometer musik sendiri-sendiri.
Kalian juga sudah pernah terlibat dalam sebuah kompilasi internasional. Bisa dijelaskan bagaimana proses dan cerita dibalik itu?
Ditawarin teman kami anak Bekasi yang bandnya juga mengisi kompilasi itu.
Salah satu hal yang menarik dari band indie adalah fakta bahwa lebih banyak band indie yang berhasil menjangkau negeri tetangga dibanding band-band mainstream. Apakah kalian ada rencana untuk berekspansi ke luar negeri?
Ada pastinya! Karena ini salah satu main goal kami untuk bisa ekspansi keluar negeri. Semua band juga pasti punya keinginan itulah. Album perdana kami ini sudah di-review di bulan September 2011 oleh music zine dari Belgia (Zwaremetalen) dan ini salah satu kesempatan kami buat menjajah Eropa, doakan. Amin!
Apa saja pencapaian kalian sebagai band yang dirasa cukup membanggakan untuk diceritakan kepada anak cucu kalian nanti?
Untuk saat ini yg paling menjadi cerita hebat ya debut album pertama kami ini dan di wawancara Rolling Stone Indonesia [Tertawa].
Pengalaman manggung yang paling menyebalkan? Mengapa?
Waduh, ada tuh waktu kami main di salah satu acara universitas di kota Malang tiba-tiba dihentikan mendadak oleh salah satu ormas keagamaan saat kami sedang perform. Karena dibilang mengganggu padahal ya nggak juga.
Sebutkan ritual wajib kalian sebelum manggung!
Standar, om, ya berdoa saja yang pasti dilakukan.
Apabila kalian berkesempatan untuk meminta 5 benda yang harus disediakan di belakang panggung sebelum kalian manggung, apa saja?
1. Cotton bud yg agak gede, bergerigi pula
2. Kursi pijat elektrik
3. Kulkas penuh makanan dan minuman
4. Kasur air yang king size
5. Satu meja poker beserta dealernya.
RollingStone.co.id
Labels:
Indie,
Malang,
Punk,
Rock,
SATCF,
self-titled,
Snickers And The Chicken Fighter,
Wawancara
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment